Senin, 25 Juli 2011

ENAM EKOR LEMBU YANG PANDAI BERKATA-KATA

sumberhttp://kisah1001malam.wordpress.com

: Pada suatu hari Sultan Harunnurasyid menyuruh panggil Abu Nawas pula datang menghadap baginda. Sebab pikir baginda, Abu Nawas sangat cerdik, jadi hendak diujinya. Maka Abu Nawas pun datanglah, lalu menyembah. Titah Sultan Harunnurasyid kepadanya, “Hai, Abu Nawas, aku menginginkan enam ekor lembu yang pandai berkata-kata dan yang berjanggut. Dalam tujuh hari ini hendaklah sudah ada keenam binatang itu disini! Jika tiada dapat olehmu, niscaya engkau kusuruh bunuh”.
Sembah Abu Nawas, “Baiklah, Tuanku Syah Alam, patik junjung titah Tuanku itu”.
Maka segala orang yang duduk pada majelis raja itu pun berkata sama sendirinya, “ Sekali ini matilah Abu Nawas dibunuh oleh Sultan Harunnurasyid”.
Setelah itu maka Abu Nawas pun lalulah bermohon ke luar, pulang ke rumahnya. Serta sampai, lalu ia duduk berdiam diri memikirkan kehendak amirulmukminin yang demikian itu. Sehari pun tiada ia keluar dari dalam rumahnya. Sekalian orang yang melihat hal Abu Nawas itu, heranlah.
Setelah sampai akan hari yang dijanjikan oleh Sultan Harunnurasyid itu, barulah Abu Nawas keluar dari dalam rumahnya, lalu ia berjalan menuju ke pangkalan orang nelayan. Di tengah jalan ia bertemu dengan orang-orang yang berjalan ke pangkalan itu jua, lalu dipanggilnya, “Hai orang muda! Hari ini apa harinya”?
Yang mana mengatakan yang betul hari itu, dilepaskan oleh Abu Nawas dan yang salah jawabnya, ditahannya orang itu. Maka berlain-lainlah jawab mereka itu, seorang mengatakan hari ini, seorang mengatakan hari itu, seorangpun tak ada yang betul jawabnya.
Kata Abu Nawas kepada orang itu, “Kata engkau, hari ini dan hari anu; disini tak ada ini, tak ada itu, tak ada anu, melainkan esok hari barulah yang betul; kita pergi menghadap Sultan Harunnurasyid, disanalah baru dapat yang betul itu”.
Keesokan harinya, pada majelis raja Harunnurasyid telah banyak orang berhimpunm hendak melihat hal Abu Nawas juga, apakah jawabnya kepada baginda. Kemudian datanglah Abu Nawas serta membawa enam orang yang berjanggut. Telah sampailah Abu Nawas ke hadapan baginda, lalu ia berdatang sembah serta duduk pada majelis itu.
Maka raja Harunnurasyid pun bertitah kepadanya, “Hai Abu Nawas, manatah lembu yang pandai berkata-kata dan yang berjanggut itu”?
Sembah Abu Nawas sambil menunjuk kepada orang yang berenam itu, “Inilah ya Tuanku Syah Alam”.
Sabda amirulmukminin, “Hai Abu Nawas, apa yang engkau tunjukkan kepadaku ini”?
Sembah Abu Nawas, “Ya Tuanku Syah Alam, tanyakanlah kepada mereka itu hari apakah sekarang ini”.
Maka ditanyailah oleh Sultan Harunnurasyid orang-orang itu. Berlain-lainlah nama hari yang mereka sebut itu.
Kata Abu Nawas pula, “Jikalau mereka manusia, tahulah mereka akan nama hari itu. Apabila, jika Tuanku tanyakan hari yang lain-lain, tentu bertambah-tambah tiada diketahuinya. Manusiakah atau binatangkah yang demikian itu? Inilah lembu yang pandai berkata-kata, serta berjanggut, ya Tuanku.
Maka Sultan Harunnurasyid heran melihat hal Abu Nawas pandai sekali melepaskan dirinya itu. Setelah itu amirulmukminin pun menyuruh memberi persalin dan uang lima ribu dinar kepada Abu Nawas.
Sekalian orang heranlah. Setelah sudah, bermohonlah segala mereka itu pulang ke rumahnya masing-masing dengan suka cita. Abu Nawas pun pulang juga.

Kamis, 07 Juli 2011

Menepati nazar

Seperti kisah yang berikut ini, dimana kecerdikan Abu Nawas diuji oleh sahabat lamanya Abdul Hamid.
Ia telah meminta bantuan kepada Abu Nawas dlam hal mencari tanduk kambing yang besarnya sejengkal manusia untuk memenuhi nazar Abu dul Hamid.

Kisahnya...
Dahulu di Negeri Persia hiduplah seorang lelaki bernama Abdul Hamid AL Kharizmi.
Lelaki ini adalah seorang saudagar kaya raya di daerahnya. Namun sayang, ia belum juga dikarunia seorang anak meskipun usia pernikannya sudah mencapai lima tahun.

Pada suatu hari, setelah shalat Ashar di masjid, ia bernazar,
"Ya Allah...jika Engkau mengaruniaku seorang anak, amak akan kusembelih seekor kambing yang memiliki tanduk sebesar jengkal manusia."

Tanpa diduga, setelah ia pulang dari masjid, istrinya yang bernama Zazariah berteriak sambil memeluknya ketika Abdul Hamid sampai di depan pintu rumah,
"Wahai suamiku...Ternyata Allah sduah mengabulkan doa kita selama ini, aku hamil," ungkap istrinya.
Saat itu Abdul Hamid tampak bingung.

Minta Bantuan Abu Nawas.
Pasangan suami istri itu sangat bahagia. Abdul Hamid sangat menyayangi dan meperhatikan istrinya saat ia hamil. Setelah sembilan bulan lamanya, akhirnya istrinya melahirkan seorang anak laki-laki yang lucu yang diberi nama Abdul Hafiz.

Beberapa minggu setelah kelahiran anaknya, ia teringat akan nazar yang telah diucapkan di masjid dahulu, yaitu menyembelih kambing yang memiliki tanduk sebesar jengkal manusia. Namun setelah dicari ke seluruh pelosok, kambing yang dia maksud belum ketemu juga.

Dia merenung, dan tiba-tiba saja ia teringat akan teman lamanya yang bernama Abu Nawas, seorang sahabat yang sangat cerdik. Ia menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Abu Nawas.
Setelah beberapa hari mencari, anak buah Abdul Hamid menemukan juga rumah Abu nawas karena Abu Nawas ini orang yang sangat terkenal di jamannya.

Sesampainya di rumah Abu Nawas, anak buah Abdul Hamid menceritakan kejadian yang dialami oleh majikannya.
"Baiklah, aku akan pergi ke sana, tapi tunggu, aku akan berpamitan dulu dengan istriku," kata Abu Nawas kepada anak buah Abdul Hamid.
Abu Nawas pun berangkat bersama anak buanya Abdul Hamid,meskipun dia belum menemukan akal untuk memecahkan masalah yang dialami oleh sahabatnya.

Sesampainya di Persia, Abu Nawas disambut oleh Abdul Hamid dan istrinya. Setelah menceritakan maslah yang menimpanya, Abu Nawas berkata,
"Berilah aku waktu semalam saja untuk berfikir. Besok pagi akan aku beri jawabannya."
Setelah itu Abu Nawas dipersilahkan untuk beristirahat di kamrnya.

Semalam suntuk dia tak bisa tidur, untuk mencari akal mengenai jawaban yang akan diberikan kepada sahabatnya besok pagi. Setelah bebrapa jam memeras otak, akhirnya dia tidur juga malam itu, yang menandakan bahwa jawaban telah dia temukan.


Rabu, 06 Juli 2011

Pohon gorqad

Pohon Gorqod (Nitraria Retusa) merupakan tanaman sejenis semak berdaun kecil-kecil dan lebat, dengan ranting yang juga banyak. Ketika kecil pohon ini hanya berupa semak yang kecil, mustahil untuk dijadikan tempat bersembunyi. Namun ketika sudah besar, tanaman ini memiliki batang yang cukup kokoh untuk bisa dipanjat dan rerimbunan dedaunannya sangat lebat sehingga bisa dipakai sebagai tempat bersembunyi, walau pohon ini tidak tinggi-tinggi amat.

Abu Royyani yang dirahmati Allah SWT, pohon Ghorqod memang dikenal sebagai pohonnya kaum Yahudi. Hal tersebut secara tegas dinyatakan Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya mengenai peperangan hari akhir yang berbunyi :
Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi, lalu membunuh mereka, sehingga seorang Yahudi  bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata: Hai Muslim! Hai hamba Allah! Ini Yahudi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia! Kecuali pohon Ghorqod, maka itu adalah dari pohon-pohonnya orang Yahudi. (HR. Muslim VII/188, Bukhari IV/51, Lulu ‘wal-Marjan III/308